Hujan merintik bersamaan dengan senja yang makin meredup. Lagi-lagi hujan yaa.. Eh, tapi saat hujan itu merupakan salah satu waktu mujarab untuk berdoa lohh kawan.

Bagi para single, apalagi cewek, mungkin hujan menjadi salah satu suasana syahdu untuk menikmati kerinduan yang tak kunjung berakhir. Keinginan membina rumah tangga yang Allah perintahkan dan Rasul contohkan terasa menggebu-gebu disaat kesepian begitu melanda. Bukan karena ikhtiar yang belum optimal, namun karena Allah Sang Penggenggam Hati yang belum menghendaki. Ketika diri ini telah berkomitmen hanya akan mencintai seseorang yang telah ditakdirkan olehNya dalam sebuah ikatan Mitsaqon Gholidza. Maka terjagalah diri ini interaksi haram yang tidak disukai olehNya, meski  datang ujian berupa cacian “Sok Suci” dari kaum hedonis.

Hati ini pun ikut tersibukkan dengan perbaikan diri, bukan mengobralnya dengan harga cinta yang murahan. Itu semua tidak sebanding dengan dirimu shalihat. Engkau begitu berharga untuk sebuah cinta yang diobral murah. Itu semua dilakukan bukan karena aku sebagai wanita, terlalu tangguh melawan hawa nafsu, tapi karena aku terlalu kerdil dan takutnya akan murkaMu. Bukan pula karena aku suci tak tergoda hawa nafsu, tapi karena aku terlalu hina, hingga rahmatMu terlalu aku harapkan.

Indahnya surga begitu teramat menggoda untuk kuperjuangkan daripada menikmati kesenangan duniawi yang sementara, dan berakhir di neraka. Tapi tetaplah kau ingat shalihat, syetan pernah berjanji akan menggoda keimanan anak cucu Nabi Adam as hingga kiamat kelak dan terkadang manusia pun begitu mudah tergoda.

Di saat kebutuhan menikah tak kunjung datang, maka syetan pun akan menggoda manusia dengan rayuan manis yang melenakan. Hubungan tak halal pun menjadi pilihan yang sepertinya menentramkan, disaat kegelisahan akan kesendirian begitu memuncak.

Pada hakikatnya, semua manusia tahu bahwa hubungan sebelum pernikahan bukanlah hubungan yang Allah ridhoi. Hanya saja kita selalu menutup mata hati dengan ribuan pengelakan dan jutaan alas an rasional yang tak syar’i. Jadi, selama Allah belum menutup usia kita, mari berikhtiar mengaktifkan nurani yang tertutupi noktah dosa-dosa yang berkarat.

Allah itu Maha Baik kok kawan, jika sudah terlanjur yuukk kita berubah dengan mulai mengambil sebuah keputusan, SUDAHI atau HALALKAN. Mau terus terjerumus dalam kubangan dosa? Tak takut dengan azab Allah yang amat pedih?? So, ambil keputusan mulai sekarang.

-via @LadiesCerdas
source : kubicki.me
Saat ada niat menikah terbersit dalam dirimu, boleh jadi itu karena Allah yang menyerumu untuk menggenapkan separuh agama, maka menikahlah. Saat mulai terasa adanya kekosongan dalam diri, merasakan iman yang seperti setengah hati, bersegeralah menikah. Bersegera bukan berarti terburu-buru. Saat diri selalu merasa tak pernah sempurna, selalu ada saja yang kurang lengkap, namun entah itu apa, maka menikahlah. Saat hati mulai merindu untuk mencinta dan dicinta di jalan-Nya, ditambah kemampuan diri sudah cukup mumpuni, maka menikahlah.
Saat kamu merasa ingin terbang tinggi secara kaffah, maka utuhkan pula sayapmu hingga sepasang sudah, lalu menikahlah. Saat diri ingin menjadi pria yang hebat, hebatkanlah melalui sokongan seorang istri yang taat, maka  menikahlah. Saat diri ingin menjadi wanita sempurna, sempurnakanlah dulu separuh agama, agar merasa menjdi istri dan ibu yang istimewa, maka menikahlah. Saat diri merasa masih terlalu muda, namun pola pikir telah dewasa, memang kau tau usia sampai berapa? Maka menikahlah. Saat financial belum dirasa mumpuni, namun 'mental kaya' telah dikantongi, sempurnakan ikhtiar bersama seorang istri, maka menikahlah. Saat ikhtiar untuk menikah dirasa optimal, namun belum jua Allah pertemukan jodohnya, maka bersyukurlah, berdoalah, bersabarlah, kemudian bercerminlah. Mungkin masih ada yang kurang dalam ikhtiarmu. :)
- via @fufuelmart