source : google.com
Sebelum membahas tentang Financial literacy ini, akan lebih baik jika kita bahas terlebih dahulu apa itu bisnis. Bisnis adalah aktifitas pemberian nilai tambah. Nilai tambah tersebut kemudian dibeli orang. Jadilah uang, ada profit di sana. Kita beli kain Rp 10,000, kita jahit, jadi baju. Seluruh bahan baku baju + pengerjaannya memakan Rp 15,000, kita jual Rp 20,000. Orang beli.. Dari selembar kain, kancing, benang. Diproses sehingga menjadi baju. Ini namanya pemberian nilai tambah. Kain diolah jadi baju. Karena ada proses pengolahan, kain berubah jadi baju. Si kain naik derajat jadi baju. Ini namanya nilai tambah. Anda pun akhirnya membeli. Maka ujung dari makna bisnis adalah “hadirnya uang”. Konsekuensi dari hadirnya sebuah nilai, adalah hadirnya sebuah uang.

Maka sekali lagi, ketika kita bicara tentang bisnis, kita bicara result, kita berbicara number, kita bicara sesuatu yang bisa diukur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa diatur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa dikendalikan. Ini hukumnya. Maka ukuran-ukuran bisnis sangatlah jelas. Bisnis dapat diukur dengan melihat realita keuangan si bisnis : neraca, lap laba-rugi, arus kas, dll.

Bisnis memiliki bahasanya sendiri, sama seperti olahraga. Kalau Anda bertanding, Anda harus bisa baca score board. Bisnis juga memiliki score board. Berapa asset? Berapa cash yang ada sekarang? Berapa kewajiban? Berapa equity owner? Yang benar-benar milik sendiri, dll. Sayangnya, khususnya entrepreneur di Indonesia, mayoritas tidak fluent berbahasa financial. Sebagian gagap membaca balance sheet.

Saat ini, entrepreneur di Indonesia bahkan di dunia, tahunya uang masuk uang keluar saja, sisa berapa, itu saja. Akhirnya ukuran-ukuran realnnya jadi tidak tersadari. Bahkan ada inventory yang menumpuk, piutang yang tak tertagih, cash yang lenyap. Tak bisa dibaca.

Nah, untuk itu, penting bagi kita untuk literate secara financial. Pelajari lebih lanjut yuukk.. Agar kita semakin cerdas mengelola bisnis yang kita miliki.

Ada 3 hal yang menjadi sebab utama mengapa kita wajib literate secara financial.

Urgensi yang Pertama : Anda mengetahui kondisi nyata bisnis Anda saat ini. Snapshoot your business. Dengan memahami financial literacy ini, Anda jadi tahu. Ukuran-ukuran bisnis Anda saat ini. Laporan keuangan menuntun Anda untuk mengetahui, sehat atau tidaknya bisnis Anda. Dan pengetahuan dari awal ini adalah pijakan untuk langkah lanjutan.

Nah sekarang, banyak pebisnis yang tidak bisa membaca “ukuran-ukuran” ini, tahunya penjualan saja. Akhirnya tidak menyadari jika bisnisnya rugi. Ada juga yang tidak sadar. Dia kira hutang itu asset. Akhirnya hutang ditambah. Padahal hutangnya tergerus biaya. Tidak pernah “earning”. Ini benar-benar mengkhawatirkan jika kita tidak literate secara financial. Bisa-bisa kita tidak menyadari bahwa kita sedang “membangun kemiskinan”. Baiklah, itu urgensi yang pertama ya, “Tahu kondisi awal”.

Urgensi Kedua : Anda harus menguasai Financial Literacy, agar Anda dapat mengetahui dampak atas aktifitas bisnis Anda. Sahabat pebisnis, setiap kita lakukan aktifitas bisnis, apapun itu pastilah menggerakkan neraca bisnis kita. Satu transaksi akan berdampak pada neraca. Begitu hukumnya. Jika tidak mempengaruhi neraca, berarti bukan aktifitas bisnis. Misalnya seperti beberapa aktifitas bisnis berikut ini :
  • Anda membeli barang, cash berkurang, inventory bertambah.
  • Anda jual barang, cash bertambah inventory berkurang, earning bertambah.
  • Anda membeli alat : equipment bertambah, jangan lupa ya Ia terdepresiasi. Dan sadarilah, ada uang cash yang berubah static. Ukur baik-baik.
  • Anda membayar promosi : earning berkurang, karena ada biaya bertambah. Gross profit tergerus. Net ncome menipis, dan cash berkurang.
Maka ketika Anda mampu melihat dampak dari aktifitas bisnis Anda, Anda akan “WARAS” dalam berbisnis. “Ooh, kalau aku ngiklan, uangku berkurang nih, gross profitku kehajar, net income ku jadi kecil. Berarti iklan ini harus berdampak untuk bisnisku nih!” Nah semacam itu. Anda akan berpikir, iklan harus punya dampak ke sales. Ini akibat dari Anda kuasai Financial Literacy.

Urgensi Ketiga, dengan menguasai Financial Literacy, Anda bisa melihat dengan jelas, dimana letak kesalahan Anda. Misal seperti beberapa kasus berikut ini,
  • Penjualannya sudah tinggi, tapi cash kok tidak ada. Ternyata ada piutang yang Anda lupa tagih. Anda tidak mencatat hutang customer dengan baik.
  • Bisnis Anda banyak, tetapi setiap bulan Anda selalu saja harus ‘nombokin’  bisnis Anda.
Jika Anda tidak menguasai Financial Literacy ini, Anda tidak akan bisa track. Jika Anda menguasai Financial Literacy ini nanti akan terlihat perbedaannya. “Ini operating cashflow nya kok negative terus ya? Ada apa? Biaya-biaya kah? Piutang tidak tertagihkah? Atau yang lainnya?”

Dengan penguasaan pada laporan financial, Anda akan lebih mahir dalam berbisnis. Dan Anda pun akan mudah melihat ketertumbuhan bisnis Anda.

Sumber : @kangrendy
Banyak pasangan yang mau menikah, berani membahas ini itu, namun ternyata paling segan untuk membahas ini itu namun ternyata paling segan untuk membicarakan persiapan keuangan. Padahal penting dan harus sekali membicarakan tentang penghasilan, rencana cashflow serta pengelolaan keuangan keluarga sebelum menikah. Tak usah terlalu kaku bila berkaitan dengan kata ‘uang’. Bicarakanlah dengan perspektif dan santai.

Uang itu hanya alat. Jadi tidak bisa mendefinisikan siapa kita. Maka, beranikanlah membicarakan tentang keuangan sebelum menikah. Persiapkan baik-baik, bicarakan baik-baik dan buat komitmen sebelumnya. Sebelum menikah, samakan visi juga dengan pasangan tentang keuangan, visi yang berorientasikan Allah. Visi yang mencukupkan diri untuk ikhtiar, untuk gemar mengusahakan harta-harta yang halal di jalan yang Allah ridhai.

Harus sama-sama mengetahui bagaimana posisi masing-masing pihak, bagaimana pembagian peran dalam pengelolaan keuangan. Bila sebelum menikah saja terkesan malu untuk membicarakan tentang hal keuangan; hati-hati justru itu bisa menjadi masalah utama setelah menikah nanti.  Belajar dari sekarang, karena ilmu tentang financial itu tidak diajarkan di SD, SMP, SMA, bahkan saat kuliah. Maka kita yang harus berikhtiar untuk menggali ilmunya. Belajar merencanakan, mengatur, serta belajar mengelolanya sebelum menikah, akan sangat membantu pengelolaan keuangan keluarga yang baik setelah menikah.

Setelah menikah terutama, harus saling mengingatkan  antar pasangan; cek dan ricek cashflow keuangan bersama-sama. Sudah ‘halal’ kah sumber penghasilan yang masuk? Digunakan untuk yang ‘halal’kah keuangan yang keluar? Itu harus! Bila halal haram saja tidak dipedulikan, bagaimana berkah Allah akan meliputi kehidupan pernikahan? Pastikan konsep harta yang halal telah menjadi visi sejak awal; jika lupa pada Allah sejak awal, bagaimana ke depannya akan tahan menghadapi ujian?

Saat ada harta yang haram masuk ke rumah tangga, saat itu pula kita telah menghalangi berkah Allah memasuki rumah tangga kita. Harta itu adalah anugerah yang harus disyukuri; amanah yang harus dipertanggungjawabkan; ujian yang harus diantisipasi. Harta juga adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai; bekal dan sarana ibadah untuk mencapai kebahagiaan, maka pastikan cashflow nya halal ya??

Ada 3 mitos yang salah tentang keuangan dalam pernikahan dan keluarga, dimana mitos ini justru banyak yang menjerumuskan.
  • Mitos pertama, “Uang tak perlu dibicarakan”, kalau menganut mitos ini siap-siaplah untuk menerima turbulensi hebat dalam pernikahan hanya karena keuangan.
  • Mitos Kedua, “Paham mengatur keuangan itu otomatis”, nah yang menganut mitos ini salah lagi. Semua itu ada ilmunya, ada prosesnya, dan tidak pernah ada yang instan. Untuk itu, belajarlah dari sekarang.
  • Mitos ketiga,”Merencanakan keuangan bisa ditunda”, mau sampai kapan ditundanya? Makin ditunda akan semakin banyak alasan untuk menundanya. Ayo mulai dari sekarang..
Menurut Teh Febi, salah seorang pakar keuangan dalam pernikahan, salah satu Financially Ready ‘Dasar’ bagi yang akan menikah itu ada tiga, di antaranya sebagai berikut :

Pertama, harus siap bicara tentang Uang dengan Sehat. Jadi, mulai gali ilmu tentang keuangan keluarga, agar pandai untuk mengomunikasikannya bersama pasangan.

Kedua, siap keuangan untuk menikah. Dalam arti harus punya perencanaan dari mana pemasukan keuangan setelah menikah, dll; agar ikhtiarnya spesifik.

Ketiga, siap merencanakan keuangan. Harus paham ilmunya, bagaimana mengelola keuangan dengan baik, dll.

Biasanya ada tiga titik kritis keuangan Pra Nikah,
  1. Biaya perikahan
  2. Biaya tahun pertama pernikahan
  3. Biaya persiapan buah hati

Nah, yang bisa menyebabkan banyak pasangan mengalami titik kritis keuangan, yaitu antara tidak siap, tidak disiapkan, atau tidak menyadari. Ada tiga kemampuan praktis yang harus dimiliki “Calon Pasangan” kita sebelum menikah, coba cek karakternya ya..

Satu, memiliki Indikator Kecerdasan Financial (IKF) dalam mengatur keuangan; yaitu penghasilan dibagi pengeluaran harus lebih dari ‘satu’. Jadi, jumlah penghasilan alias pemasukan keuangan nilainya harus lebih besar dibanding pengeluarannya.

Dua, hidup dibawah kemampuan financial kita alias kebersahajaan, bertahan dalam kesederhanaan. Maksudnya, bila sedang dalam posisi ‘berlebih’ pemasukannya harus bisa tetap bertahan ‘sederhana’, tidak menjadi boros atau menggunakan uang untuk yang tidak perlu. Kalau ‘sederhana’ sedang dalam masa sulit itu memang harus alias terpaksa, namun bertahan sederhana disaat posisi ‘berlebih’ itu yang menawan.

Tiga, mengubah posisi ‘tabungan’ bukan menjadi sisa, namun diposisikan sebelum adanya pengeluaran. Bila biasanya pendapatan dikurangi pengeluaran sama dengan tabungan, ubah menjadi pendapatan dikurangi tabungan menjadi pengeluaran. Jadi biasakan saat mendapat ‘pemasukan’ alokasikan dulu untuk sedekah, investasi leher ke atas, simpanan, dll, barulah sisanya untuk kebutuhan pengeluaran. Prinsip yang harus juga diterapkan adalah tentang pembagian peran keuangan dalam keluarga, harus komitmen dari sekarang sebelum menikah. Bahwa bagaimana pun, yang berkewajiban ‘menafkahi’  keluarga adalah seorang suami. Adapun bila isteri memiliki penghasilan, itu sepenuhnya hak istri.

Namun, seorang istri juga berkewajiban untuk melaporkan pengelolaan keuangan keluarga tersebut, agar prinsip bagi perannya harmonis. Bila seorang istri bekerja dan mempunyai penghasilan, suami harus memastikan bahwa memang pekerjaan istri juga halal, agar berkah. Bila ternyata penghasilan istri jauh lebih besar dari suami, komitmen kan bahwa biaya untuk menafkahi kehidupan rumah tangga tetaplah dari penghasilan suami. Gunakan kelebihan penghasilan yang dimiliki istri untuk keperluan lain yang bermanfaat, missal amal sedekah, simpanan, investasi anak, dll. Meski penghasilan istri lebih besar, tidak boleh menjadikan seorang istri ‘jumawa’, pemimpin di keluarga tetaplah suaminya, harus dihormati dan dihargai. Justru tugas seorang istri adalah memacu semangat suami agar ikhtiar mencari penghasilan yang ‘lebih’ melalui supportnya, cintanya, terutama doa-doanya. Janganlah masalah penghasilan menjadikan pertengkaran, membuat seorang istri merendahkan suaminya, atau sebaliknya. Keselarasan keduanya untuk saling mendoakan, saling menghargai peran dan posisi masing-masing, saling support, itu yang akan menambah kesejahteraan dan keberkahan.

Kekokohan pernikahan tidak ditentukan dari siapa pihak yang paling kuat, namun kedua pihak yang saling menguatkan dalam menghadapi segala ujian. Jadi saat akan menikah, yang dipikirkan jangan hanya bahagianya saja, tapi yang disiapkan adalah proses belajarnya, termasuk tangis dan air mata. Belum dari aspek-aspek lainnya; masalah keuangan seringkali menjadi masalah utama pemicu timbulnya konflik pasca nikah. Hati-hati dan persiapkan dari sekarang ilmunya ya… :’)

Sumber : @fufuelmart
Jika ditanya manakah yang lebih penting antara karir atau keluarga, pasti jawabannya keluarga. Namun pada kenyataannya sekarang ini lebih banyak yang mementingkan karir. Bahkan wanita zaman sekarang juga lebih banyak yang menjadi wanita karir daripada ibu rumah tangga. Mereka lebih suka membayar baby sitter untuk mengasuh anak mereka. Padahal mengasuh anak adalah kewajiban orang tua. Jika keduanya sama-sama bekerja, siapa lagi yang akan menjalankan kewajiban itu?

Istri yang baik adalah ia yang mampu menyediakan bahu untuk suaminya bersandar lelah, telinga untuk mendengarkan, dan juga genggaman tangan untuk menguatkan. Selalu ada wanita hebat dibalik suami yang hebat. Dan perjuangan menjadi wanita seperti itu rasanya  jauh melebihi peran wanita karir. Terkadang ada yang berkata seperti ini, “Sayang banget yaa, udah kuliah sampai S2 ujung-ujungnya juga Cuma jadi ibu rumah tangga, buat apa kuliah kalau bukan untuk kerja?” Hei, kuliah untuk mencari ilmu, bukan untuk cari kerja. Itu yang perlu dipahami.

Rasanya tak ada yang lebih membahagiakan selain menjadi ibu rumah tangga. Menjadi seorang house wife adalah sebuah pekerjaan yang paling sempurna untuk wanita. Menjadi house wife tak akan membatasimu untuk menjadi wonderful woman, justru wanita yang luar biasa adalah ia yang sukses menjadi wanita keluarga.

Wonderful woman adalah ia yang bisa menjadi wanita  teristimewa untuk suami dan anak-anaknya, bukan ia yang keren di mata dunia. Karena wanita yang baik di mata dunia, belum tentu baik di mata keluarganya, namun wanita yang baik di mata keluarganya, Insya Allah baik di mata Tuhannya.

Sumber : @fufuelmart
Di dunia ini, lelaki memang banyak. Namun tidak lantas kita sebagai wanita bebas untuk memilih pendamping hidup. Sekarang ini, sangat sulit untuk menemukan sosok lelaki shalih yang dapat membuat kita semakin mencintai Allah. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati? Simak ciri-ciri bukan pria idaman beritkut ini ya,

1. Pria dengan Akidah yang Amburadul

Pria model seperti ini memiliki prinsip, jika cinta ditolak maka dukun bertindak. Jika ingin sukses dan lancar dalam bisnis, maka harus menggunakan jimat-jimat. Ingin membuka usaha pun ia memakai pelarisan. Jika berencana ingin menikah, ia menghitung hari baik dulu. Dan yang menjadi kegemarannya agar hidup lancar adalah dengan mempercayai ramalan bintang agar ia lebih percaya diri.

2. Menyia-nyiakan Shalat

Tidak shalat jamaah di masjid juga menjadi ciri bukan pria idaman. Padahal shalat jamaah bagi pria di masjid adalah suatu kewajiban. Imam Syafi’i sendiri mengatakan, “Adapun shalat jama’ah, aku tidaklahh member keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali ada udzur.” (Ash Sholah Wa Hukmu, hal. 107). Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama’ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas bagaimana dengan pria yang tidak pernah melakukan shalat?

Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja adalah dosa besar, dan dosanya lebih besar daripada membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan meminum khamr.  Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapat kehinaan di dunia dan akhirat.”

3. Tidak Menundukkan Pandangan

Sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Allah berfirman, “Katakanlah kepada lelaki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suic bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur : 30)

Dalam surat tersebut Allah memerintahkan kepara para lelaki yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, yaitu wanita yang bukan mahram.

4. Suka Berkhalwat

Inilah sikap pria yang tidak baik, sering mengajak pasangannya yang belum halal untuk berduaan. Berduaan di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam suatu tempat, nemun lewat pesan singkat (sms), atau jejaring social lainnya. Seperti ini pun termasuk semi khalwat yang terlarang.

5. Tangan yang Suka Usil

Pria yang termasuk dalam kategori bukan pria idaman memiliki kebiasaan yang buruk satu ini, tangannya yang suka usil menyelami wanita yang tidak halal baginya.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga adalah dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara . Zina tangan adalah menyentuh/meraba. Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan / mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim No. 6925)

6.       Tanpa Arah yang Jelas

Rasulullah SAW bersabda,”Seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang telah menjadi tanggungannya.” (HR. Muslim No. 996)

Berarti criteria pria idaman adalah ia yang bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah. Selain itu, ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia harus kita urus, apalagi untuk urusan akhirat. Sehingga sejak dini pun seorang pria sudah mulai membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya.

Demikian ciri-ciri bukan pria idaman. Semoga rangkuman tersebut dapat menjadi petunjuk bagi wanita shalihah untuk memilih pria idamannya.

Sumber : @rumaishacom
Banyak yang menanyakan dengan rasa takut,”banyaknya kelompok dan gerakan Islam hari ini, lalu kepada siapa kita mengikut?” Ada baiknya sebelum kita menjawab dan menelaah, sedikit kita sampaikan hadist dari Rasulullah berikut, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang hidup di zamanku, kemudian yang setelahnya, dan setelahnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Maksud hadits tersebut sudah tentu pasti, yaitu generasi terbaik adalah sahabat Nabi, mereka hidup satu zaman di zaman nabi. Sahabat paling paham tentang islam. Mereka bertempur dan berdamai dengan Rasulullah. Mereka menjalani kehidupan Islam siang-malam.  Allah menyifati semua sahabat dalam QS 48:18 tentang ridhaNya pada sahabat. “Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon” (QS 48:18).

Sahabat adalah generasi terbaik, dan tentu yang mengikutinya pun orang-orang yang baik. Mereka disebut tabi’in (pengikut sahabat). Bisa dimaknai juga bahwa tabi’in dalam bahasa inggris adalah followers. Siapa tabi’in ini? Yaitu generasi setelah sahabat yang mengikuti sahabat. Tabi’in ini misalnya Sa’id bin Al-Musayyab (w 90H) atau Sa’id bin Jubair (w 95H) atau Al Hasan Al Bashri (w 110H). Tabi’in mempunyai pengikut, ini namanya tabi’ut tabi’in. Jadi yang dimaksud Rasulullah sebagai manusia terbaik tiga generasi yaitu : - Sahabat, lalu – Tabi’in, dan – Tabi’ut tabi’in. Tabi’ut tabi’in ini misalnya Imam Malik bin Annas (w 179H) dan Imam Abu Hanifah Nu’man bis Tsabit (w 150H).

Inilah tiga generasi terbaik yang wajib kita ikuti. Tiga generasi terbaik ini juga dikenal sebagai generasi salaf (generasi terdahulu) mengikuti manhaj (halan) salaf, berarti ikuti Rasulullah. Insya Allah siapapun yang mengikuti generasi salaf akan selamat, karena pada hakikatnya mereka mengikuti Rasulullah.

Lalu bagaimana dengan pertanyaan awal tadi, “banyaknya gerakan, kemana kita harus mengikuti?” Jawabannya sederhana, “ikutilah gerakan manapun yang beraqidah Islam dan bermanhaj salaf” yang mengikuti tiga generasi terbaik islam. Perlu dipahami bahwa kebenaran itu satu. Tapi yang mengambil kebenaran bisa jadi banyak, jadi gerakan yang benar bisa jadi tidak hanya satu. QS. 31:04 Allah bolehkan adanya banyak gerakan yang dakwahkan Islam, amar ma’ruf – nahi munkar, asal berdasar itu, gerakannya benar.

Apakah itu gerakan lokal seperti Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama? Insya Allah mengikuti jalan salaf. Atau gerakan internasional semisal Ikhwanul Muslimin atau Hizbut Tahrir? Insya Allah juga mengikuti jalan salaf. Bila sama mengikuti jalan salaf, lalu mengapa tidak satu kelompok? Wallahu a’lam. Mungkin inilah maksud Allah “berlomba-lomba dalam kebaikan”. Adanya ikhtilaf dalam memahami dalil, metode perjuangan Islam, dan cara perjuangan islam, inilah yang menyebabkan beda. Tentu selama ada dalilnya, wajib penghormatan antar gerakan diberikan, Insya Allah fastabiqul khairat.

Sederhananya, bergabunglah dengan gerakan (harakah) manapun yang kita nyaman di dalamnya, dengan visi dan aksinya, berjuanglah. Beralasan banyaknya gerakan Islam, lalu kita tidak menggabungkan diri, justru sebuah kesalahan, karena dakwah jamaah itu wajib. Mengenai banyak kekurangan pada gerakan, yaw ajar, jangan jadikan alasan. Bergabunglah dan jadilah contoh yang baik. Merapatlah dalam liqa’, ramaikan halaqah. Dari situ dilahirkan muslim –muslimah sejati, dari situ kebangkitan muslim dimulai. Jauhi kaum liberal yang menolak pendapat tiga generasi terbaik. Dekati gerakan manapun yang menyampaikan 3 generasi terbaik.

Kesimpulannya, kebenaran Islam bisa jadi ada pada banyak gerakan Islam, selama berpegang pada QS 31:04 dan 3 generasi terbaik. Silahkan dipilih salah satu gerakan dan gabungkan diri. Ikuti pembinaan rutin mingguannya dan masuklah barisan pejuang Islam. Tumbuhkan kelembutan sesame saudara, ramaikan sapa dan salam sesame pejuang. Berdiam dalam perbedaan dan bersorak dalam kesamaan. Jauhi celaan, perbanyak pujian. Cari kebaikan, jangan keburukan.

Jadilah pengemban dakwah terbaik, tanpa menyatakan yang lain jelek. Berdewasalah dalam berislam jangan layaknya kanak-kanak. Sungguh islam sedang perlukan-sangat perlukan- banyak jiwa yang berbaris, yang berlomba dalam kebaikan lalu ikhlas.

Datangi gerakan-gerakan Islam atau pengemban dakwahnya di sekeliling kita. Tanyai bagaimana caranya bergabung di dalamnya. Bila cocok, lanjutkan kajian, kurang cocok silahkan cari gerakan yang lain. Tetaplah bergerak demi Islam, tetaplah bergerak hingga menang.

Sumber : @felixsiauw
Siapa sih yang tak ingin jadi pengusaha? Coba deh tanyakan pada orang-orang yang sampai sekarang masih menjadi karyawan di kantor-kantor. Sampai kapan sih mereka mau ‘Cuma jadi karyawan’? Pengennya jadi  manager sih.. Cuma jadi manager? Kenapa nggak jadi owner nya aja? Hei, di era modern ini apapun bisa menjadi bisnis, asar kita pandai-pandai menngambil peluang yang ada di depan mata.

Kebanyakan orang berpikir, “aku cocoknya bisnis apaan ya? Aku nggak tahu mau bisnis apa? Trus harus mulai dari mana?” Hadeuh… Kebanyakan alasan. Lihat peluang yang ada di depan mata. Dan pandai-pandailah memutar otak untuk menjadikannya sebuah bisnis baru yang kedepannya akan banyak diminati orang. WOW…

Nah, untuk jadi seorang pengusaha, kita harus paham kaidah-kaidah yang benar agar kita bisa menjadi pengusaha yang benar. Kalau pengusaha sukses, tapi pakai cara yang tidak benar, sukses macam apa itu namanya? Hehe.. Yuukk simak penjelasan berikut ini. Dari master bisnis terkenal nih @kangrendy.

Kaidah I, “Menghadirkan uang dengan member nilai tambah”. Dalam konsep ini, uang adalah representasi dari nilai tambah, perwujudan dari manfaat yang diberikan. Uang datang karena kita member nilai tambah, memberi manfaat, lewat produk entah barang atau pun jasa. Ada yang bertukar. Maka konsep uang adalah alat tukar nilai tambah. Ini substansi. Harus benar-benar dipahami. Misalnya seperti ini, kita memberi supir angkot uang, bukan karena iseng, sekedar member uang, namun kita menukar jasanya mengantarkan kita ke tempat tujuan kita. Ada jasa yang diberikan. Contoh yang lain, kita membayar makanan di warung, karena kita mendapatkan makanan, kita kenyang maka kita bayar. Uang wujud dari manfaat.

Maka dalam mazhab cara benar, making money haruslah making value. Ada nilai yang ditawarkan. Fokusnya kesana. Semakin banyak produk yang HIT di pasaran, makin pasar merasakan benefit (manfaatnya), maka pasar akan semakin senang. Dan uang pun akan mengalir deras. Karena uang positif ini perlu dihadirkan dengan menawarkan nilai tambah. Jalannya jadi panjang, maka membuat produknya pun menjadi tidak mudah.

Sewaktu kita membuat produk, menurut kita bernilai, tapi menurut orang belum tentu. Misal, kita buat makanan, menurut kita sudah enak, menurut orang lain belum tentu. Dan produk Anda tersebut bisa-bisa ‘tidak laku’ di pasaran. Tapi begitu produk ‘OK’, pasar akan bergerak. Otomatis uang pun akan mengalir. Ini konsep. Hadirkan uang dengan value. Ini kaidah nomor satu.

Nah, di cara ‘tidak benar’, kaidahnya adalah : “Hadirkan uang dengan uang”. Kaidah yang banyak diajarkan di kelas-kelas motivasi bisnis adalah menghadirkan uang sebagai modal terlebih dahulu. Ada uang, jalan! Sehingga muncul asumsi, kalau ada uang, ada modal, kita bisa datangkan uang, gampang.

Di awal-awal, kaidah ini belum berbahaya, sang pemula usaha akan gunakan uangnya, hasil kumpul-kumpul untuk bisnis. Ada kesempatan, Go! Ujungnya? Hehe.. Biasanya ujungnya gelap. Karena basis berpikirnya ‘kalau ada uang, ada modal, bisa set up bisnis, pasti uang datang’. Ini salah kaidah!

Fokus yang harusnya pada benefit produk, berubah jadi hanya set up bisnis. Makin mahal set up, makin yakin uang datang besar. Apa iya? Nah, di level berikutnya, kaidah ini membawa ‘sang penganut paham’ ke langkah-langkah yang lebih ekstrim. Maka mulailah dicari langkah-langkah untuk menghadirkan uang yang seakan-akan ‘gratisan’. Lalu muncul ajaran, yang benar-benar dipraktekkan, untuk memakai dana pihak ketiga, lalu cicilannya dibayarkan dengan bisnis.

Di sini saja, asumsi bisa dipatahkan : ‘Nyicil nya Fix, dicicil dengan hasil bisnis yang Tidak Fix’. Bisnis punya banyak variabel. Outletnya dihitung, asumsi labanya 10 juta per bulan, pinjam 50 juta, KTA 3 tahun. Cicilan anggap 3 jutaan perbulan. Profit bisnis nya berapa? Fix? Kalau variabel dasarnya dilanggar, tdak ada yang jamin outlet hidup selama 3 tahun, tidak ada yang jamin growth pasar akan capai 10 juta profit. Banyak yang sukses dengan cara ini, namun hanya di 2-4 tahun pertama saja, sedang cicilannya 15 tahun. Jadi mereka………… *simpulkan sendiri ya? Hihiihi*

Miskonsepsi atas kehadiran uang sedari awal, buat langkah ke depan semakin kacau. Tidak fokus pada value, fokusnya pada menghasilkan uang. Ini yang salah. Jadi yang benar, di mazhab cara benar jadi pengusaha ini, uang yang benar itu adalah uang yang dihasilkan dari bertukar manfaat. Misalkan seperti ini, kalau beli di pagi hari harganya RP 1700, dijual siangnya Rp1750. Di mana bertukar manfaatnya?

Kaidah II, “bertumbuh sesuai kapasitas income, bukan diungkit dengan pinjaman”. Kalaupun misal ada utang, utang dagang, atau utang bahan baku. Dari omset jutaan per bulan hingga 1 M per bulan. Mulai dari 100 pcs, laku. Terus terus terus. Hingga 1000 pcs per hari nya. Yang perlu dilakukan adalah berhubungan baik dengan supplier bahan baku, bayar bisa mundur, tapi produksi dan penjualan cepat dilakukan.

Dalam istilah bisnis, cash gapnya kecil. Terus begitu, mereka menabung, berinvestasi ulang di asset bisnis mereka. Perlahan tapi pasti. Outlet 1, pelanggan datang, dapat profit, ditabung. Lamban tidak apa-apa. Buka outlet lagi, dari hasil bisnis. Nantinya pasti kokoh.

Pada kaidah II ini, besaran bisnis, besarkan sesuai dengan besarnya income. Jangan di-balon (besar tapi kosong, kena jarum meletus).

Oke, fix. Selamat memulai untuk yang mau jadi pengusaha. Semoga penjelasan tadi bermanfaat ya. Kalau ada yang ingin ikutan seminar biar bisa jadi pengusaha yang oke, silahkan stalking timeline nya @kangrendy .
Pria sejati. Ia boleh saja tak pandai bermain diksi, karena ia berbicara dari hati. Bukan rayuan gombal yang ia umbar, karena gombal yang halal hanya akan dia keluarkan setelah akad yang mengakar. Juga bukan mengumbar janji-janji untuk menikahimu yang tak jelas waktunya, karena yang berani adalah yang beraksi melamar dan menikahimu segera. Karena ia bukanlah pria yang pandai merangkai kata, melainkan menunjukkan keseriusan dengan tindakan yang nyata.

Tanggung jawab sebenarnya adalah bukan memacarinya, tapi dengan meminta izin kepada ayah sang wanita untuk dinikahi. Karena ia tahu wanita begitu lemah dengan kata-kata cinta, maka ia simpan itu rapat-rapat hingga waktunya ia siap menjemputnya. Ia juga tidak akan menyuruhmu menanti, dalam waktu tahunan, karena yang serius adalah dia yang memperjuangkan. Tidak terbelenggu pada hawa nafsu, diam dalam penantian yang lugu, diiringi penambahan ilmu.

Cinta dia yang sebenarnya adalah ketika ia lebih meyakini Tuhannya, bukan menuhakanmu dengan alasan cinta menantikannya di batas waktu. Ia adalah seorang yang sadar benar bahwa memuliakan wanita adalah kewajibannya, terhadap ibu, saudara perempuannya, istri dan anak perempuannya kelak.

Beraninya hanya memacari? Itu tandanya hawa nafsunya saja tak mampu ia kendalikan, pantaskah disebut pria sejati? Tidak juga berani menikahi karena alasan keuangan? Sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan janji tuhan. Bukankah makhluk sekecil apapun tak pernah Allah telantarkan? Lalu takut menikah karena harta belum berlimpah? Pria sejati itu justru kaya setelah menikah. Pria sejati itu sadar, bahwa setelah baligh hidupnya adalah tanggung jawab pribadi, bukan lagi tugas orang tua untuk menafkahi. Penyaluran syahwat ia alihkan pada shaum dan kesabaran, sambil terus berproses perbaikan diri berkelanjutan.

Wahai kaum wanita, cinta sejati itu hanya dirasakan setelah menikah, maka pria sejati adalah dia yang berani untuk menikah. Ia sadar, bertahun-tahun memacarimu tidak akan menjamin besarnya cintanya, yang ada hanyalah penumpukan dosa, maka pria sejati memilih untuk menghindarinya. Wahai wanita, kalau kau sudah terlanjur cinta, percaya dan meyakininya sebagai jodohmu, maka buat ia memutuskan untuk dengan menikahimu segera. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, karena hidayah itu datang dengan cara yang berbeda-beda, namun pria sejati akan lapang dada menerimanya.

Bagaimana kualitasnya sebagai pria, dapat terlihat dari bagaimana ia memuliakan wanita di sekitarnya, terutama ibu dan saudara perempuannya. Kecenderungan hatinya padamu sebelum menikah sebagai bekal keyakinan, namun secara total akan ia tunjukkan cintanya setelah pernikahan. Ia akan menempatkanmu sebagai wanita kedua teristimewa setelah ibunya, yang akan ia cintai sepenuh raga dan jiwa. Imam baginya akan memimpin, melindungi, menjaga, dan mencintaimu sebagai makmumnya. Bukan mendominasikanmu dengan titah layaknya raja.

Selain itu, ia tak akan menjadikan istri dan anaknya sebagai beban, melainkan ia anggap anugerah terindah dari Tuhan. Ia menjadikan istri sebagai pelengkap sayapnya untuk terbang, bukan ditaruh di depan atau belakang.

Sumber : @fufuelmart
Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

Saat kita merasa dial ah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita. Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya.

Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya.

Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia. Cukuplah sebulan siapkan proses pernikahan.

Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.

Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!

“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”

Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin… ^_^

Sumber : @HijabAlila
Gelombang entrepreneurship sedang membara di Indonesia. Gelombang positif ini diikuti dengan maraknya seminar-seminar entrepreneur. Atau minimal bersemangatkan untuk itu. Beberapa pengusaha starter yang baru memulai bisnisnya, berani terjun member semangat dengan pengalamannya. Perlu diapresiasi. Mengajak, mengedukasi teman-temannya untuk berbisnis itu baik. Namun muncul masalah kemudian : ‘kontennya tidak tepat’. Muncullah macam-macam mitos di kancah entrepreneur ini. Apa saja sih mitos jadi pengusaha itu? Simak aja lanjutannya.. ^^

Mitos I : Mengajarkan bahwa menjadi pengusaha itu mulia, dan menjadi karyawan itu hina. Di beberapa seminar, untuk mengajak peserta berbisnis, sang pembicara tak jarang merendahkan harkat karyawan. Benar-benar sesat! Pola tanam mindset ini, membuat seseorang yang memilih jalan bisnis, menganggap tinggi dirinya, dan anggap rendah karyawannya. Walau ia tak bermaksud demikian, namun alam bawah sadarnya bekerja, karena saat memilih bisnis, ia merendahkan pilihan lain.

Efek dari paham sesat ini adalah cueknya owner pada team. Rasanya uang yang didapat itu adalah hak dia, padahal team yang gempor tidak karuan. Bahkan slogannya berani optimis tenaga orang lain, berani untung pakai tenaga orang lain, semangatnya memanfaatkan. Maka muncul kesenjangan emosi antara owner dan karyawan. Si bos hatinya gak menjejak, melihat karyawannya seperti budak. Ini yang berbahaya.

Mitos II : Memulai bisnis harus dengan uang orang, utangan, dana pihak ketiga, jangan pakai uang sendiri. Bisnis itu tentang ‘selling something’, selling produk. Produk perlu dihadirkan dengan bahan baku, mesin, dan fasilitas, bukan uang. Akibat mitos-mitos ini,  tak sedikit pengusaha-pengusaha muda yang belum apa-apa focus mencari utangan dulu. Tidak mau sabar dan tidak mencoba untuk test market dulu. Jika baru memulai, coba buat prototype produk dulu, atau jasanya dicobakan dulu di skala kecil. Jangan langsung tancap gas aja… ^^

Bisnis itu ada tiga tahap : Starting-Running-Growing. Di tahap starting, Anda harus validasi dulu, itu produk jalan gak? Benar gak?

Orang berbisnis itu harus sabar. Kita bisnis pakai uang kita sendiri, besaran bisnis kita memang yang sudah kita kumpulkan. Kokoh, walau lambat. Kalau memang baru mempunyai 1 outlet, ya istiqomah dulu 1 outlet, biar dikata lambat, tidak apa-apa. Daripada banyak outlet tapi gak ada marketnya? Kan ribet.. heheh.. Kalau memang saatnya harus nambah outlet, nanti konsumen jadi banyak, laris. Uang nambah buka deh outlet lagi.

Fakta di lapangan seperti ini : misalnya dana kartu kredit, nawarinnya lemah gemulai, senyum menawan. Giliran nagihnya itu lho, berbanding terbalik dengan tawarannya. Ada lagi nih, terima dana dari investor. Ini bisnis loh, ada untung ada rugi, siap gak mitra pendana Anda rugi? Kalau bagi hasil positif mah pendananya tadi merekah banget senyumnya, giliran negative? Ketahuan deh mana yang hitam dan mana yang putih.. Ada juga yang pakai dana pihak ketiga, mengikat cicilan dalam periode tertentu, 3 tahun, 5 tahun, bisnis Anda fit gak tuh sampai di angka 5 tahun?

Maka dari itu, jangan focus sama modal dulu. Cari dulu, sebenarnya kita minatnya di apa sih? Selain itu juga jangan focus ngutang. Fokusnya di semangat member manfaat lewat produk. Kalau produknya bagus, uang akan mengalir.

Mau bisnisnya lebih oke? Ikutan training sama @kangrendy aja. Silahkan cek timeline nya yah… Salam sukses selalu… ^_^
Banyak nih di luar sana yang ingin menikah bahkan sudah siap menikah tapi masih bingung dalam mengenal calon. Yang sudah punya hubungan bertahun-tahun saja, ternyata saat akan menikah belum mengenal calon yang sebenarnya, jadi selalu saja ada hal baru yang mengagetkan.

Ketepatan dalam mengenal calon itu penting sekali, apalagi untuk menikah. Menikah bukan untuk sekedar satu atau dua tahun saja, namun untuk seumur hidup. Banyak buktinya, mereka yang tidak mengenal calon secara benar sebelum menikah malah teramat kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasangannya setelah menikah. Bahkan juga banyak yang memaksakan untuk tetap lanjut menikah karena sudah terlanjur cinta atau pacaran untuk waktu yang lama, betapa rapuhnya alasan menikahnya. L

Ternyata lamanya proses pacaran itu tidak menjamin seberapa baik dirimu mengenal calon, karena tujuan dan apa yang dilakukan selama prosesnya tidak menunjang untuk itu. Ada lagi yang sudah terlalu ‘kebelet’ untuk menikah, dikejar deadline atau apa, lalu terburu-buru, saat bertemu langsung bilang ‘cocok’ tanpa dikaji ulang.

Pernikahan itu bukan hanya pertemuan ‘jasad’, namun juga ruh dan jiwa. Keterlibatan hati sangat penting dalam mengarunginya. Ingat, bahwa pernikahan bukanlah akhir dari proses pengenalan pasangan, justru awal dari proses pengenalan yang lebih dalam berkesinambungan. Maka mengenal calon sebelum menikah dengan metode yang benar perlu dilakukan. Jangan setelah menikah merasa salah pilih pasangan.

Nah, berikut beberapa tips yang bisa kalian lakukan untuk mengenal calon, simak baik-baik ya..

Pertama, kenali visi misi, alasan dan tujuan menikah mau seperti apa? Ini perlu diselaraskan. Jangan memaksakan bila memang berbeda. Visi misi itu harus jelas, itu akan menentukan langkah-langkah yang ditempuh selama pernikahan. Carilah yang selaras.

Kedua, kenali karakter, watak dan sifat. Kepribadian calon seperti apa secara psikis dan social. Itu juga penting loh untuk diketahui. Banyak membaca buku tentang ilmu komunikasi dan psikologi akan sangat membantu prosesnya. Gali tentang pandangan calon terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dalam pernikahan, seperti konsep financial, pembagian peran, perencanaan anak, dan lainnya.

Ketiga, kenali bagaimana keluarganya. Yang akan kita nikahi bukan hanya dia, namun kita juga meikah dengan keluarganya. Dengan mengenal keluarganya bisa jadi bahan referensi bagaimana calon bersikap terhadap keluarganya, tanggung jawabnya, dan juga peran personalnya. Selain itu, dengan cara ini akan mempermudah kita untuk bisa beradaptasi setelah menikah nanti, terutama dalam berkomunikasi dengan pasangan dan keluarganya.

Ingat ya, yang dicari bukan hanya sekedar mau cari pasangan, tapi juga ia yang siap untuk jadi ibu/ayah anak-anak kita kelak. Kecenderungan hati memang penting, namun jangan sampai membutakan. Mengenal calon juga perlu teliti, jangan asal-asalan. Tak semuanya harus dicari dan digali sebelum menikah, yang penting tahu intisari mengenal calon yang sebenarnya. Selain itu, tetap harus siap mental dan hati, terutama untuk menghadapi hal-hal dari pasangan yang baru diketahui justru setelah menikah.

So, mengenal calon harus berkualitas, prosesnya sesuai dengan yang Allah suka, namun tak lupa akan esensi yang harus diketahui dari kepribadiannya. Kamu akan tinggal bersama pasanganmu seumur hidup. Fight to know her/him with the right way….:)

Sumber : @fufuelmart
Pada era modern ini, semakin banyak saja orang-orang yang mengungkapkan cintanya pada Allah dan Rasulullah, namun sepertinya ungkapan itu hanya ‘sebatas ungkapan’. Karena perilaku mereka sendiri tidak mencerminkan kecintaannya pada Tuhannya. Lalu bagaimanakah cara kita agar bisa benar-benar mencintai Allah?

Dalam sebuah hadits, Ibnu Qayyim menyebutkan 10 cara efektif agar kita bisa mencintai Allah. Berikut cara-caranya,
  1. Perbanyak membaca Al Qur’an, mentadabburi, dan memahami makna-maknanya. Jika sudah bisa memahami makna tersebut, amalkanlah walau hanya satu ayat.
  2. Bertaqarrub kepada Allah di setiap keadaan dengan lisan, hati, dan amal. Bertaqarrub artinya mendekatkan diri kepada Allah. Jadi, di setiap keadaan apapun kita senantiasa harus mendekat padaNya.
  3. Selalu berdzikir kepada Allah di setiap keadaan dengan hati, lisan, dan perbuatan.
  4. Lebih mementingkan apa yang dicintai oleh Allah daripada apa yang dicintai oleh hambaNya ketika bertabrakan.
  5. Menyelami nama-nama Allah dan sifat-sifatnya, serta pengaruh dan kesempurnaan yang ditunjukkan olehnya.
  6. Memikirkan nikmat-nikmat Allah yang bersifat lahiriyah dan batiniyah, serta menyaksikan setiap kebaikanNya pada hambaNya.
  7. Menundukkan hati di hadapan Allah dan selalu merasa faqir di hadapanNya.
  8. Bermunajat kepada Allah di saat sepertiga malam terakhir dengan shalat, membaca Al Qur’an, dan beristighfar.
  9. Bersahabat dengan orang-orang shalih dan mengambil faedah dari mereka.
  10. Menjauhi semua yang menghalangi hati dari Allah.

Sumber : Madarijussalikin 3/17, Kitab Al Irsyad Ilaa Shalihil I’tiqad Hal. 79-80 Syaikh Shalih Fauzan
Menikah itu bukan masalah nikah muda atau nikah tua, melainkan bagaimana nikah dewasa. Kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya. Tidak boleh disamaratakan kesegeraannya, karena kebutuhan setiap orang berbeda. Jangan mencibir mereka yang ingin segera nikah muda, kalau itu memang sudah kebutuhannya. Sebaiknya doakanlah untuk kebaikanmu juga. Jangan pula memanas-manasi mereka yang memang belum merasa butuh menikah, toh jika sudah waktunya dia butuh pasti akan memperjuangkannya. Yang salah itu yang plin plan, tidak tahu kebutuhan dirinya sendiri. Tidak tahu hukum menikah baginya apa?

Bila memang sudah butuh nikah kenapa harus malu untuk memperjuangkannya? Cari ilmu nikah dan jodohnya. Bila memang belum butuh ya santai aja kalau ada yang memanas-manasi, asal memang sedang dalam persiapan diri. Yang salah itu merasa belum siap dan butuh nikah namun berleha-leha dalam persiapannya, malas untuk menggali ilmu nikah. Yang salah itu belum siap nikah sebenarnya namun tergesa-gesa ingin menikah karena faktor orang lain. Yang salah itu belum siap nikah namun menuruti hawa nafsu untuk menjalin hubungan dengan cara yang Allah tak suka.

Nikah muda untuk menggenapkan separuh agama, menyegerakan kebaikan untuk menghindari kemaksiatan itu sungguh mulia. Menikah nanti dengan alasan perbaikan diri dan melakukan sebaik persiapan, menghindari ketergesaan juga sangat mulia. Yang benar itu sabar dalam penantian dengan sebaik-baik persiapan. Tidak tergesa-gesa namun juga tidak berleha-leha. Semua ada ilmunya, gali sebanyak-banyaknya. Semua ada waktunya, nantikan dan ikhtiarkan sebaik-baiknya.

Yang benar itu mematangkan siap nikah dengan banyak baca buku, cari ilmu di seminar dan training, karena nikah dewasa tak ada sekolahnya. Pilihlah pasangan bukan hanya sekedar paras tampan atau cantik, yang akan menjanjikan banyak harta, atau juga hanya karena sudah terlanjur cinta. Namun pilihlah pasangan yang menghiasi persiapannya dengan ilmu, seberapa paham ia akan makna pernikahan dan keluarga.

Memilih istri/suami itu harus benar-benar jeli karena pasangan sehidup semati berbeda dalam memilih criteria pacar yang bisa putus nyambung. Pria yang dewasa dan bertanggung jawab hanya akan berani mencintaimu melalui pernikahan. Wanita yang dewasa anggun dalam penantian, tak mudah terjerumus pada rayuan, hiasi waktu untuk siap jadi istri dan ibu idaman. Menikah juga bukan masalah menunggu mapan atau belum. Terlalu picik jika kesiapan nikah hanya ditinjau dari segi harta kekayaan. Tidak penting seberapa banyak harta yang dimiliki, yang lebih penting keyakinan pada Allah dan ikhtiyarnya dalam menjemput rezeki.

Daripada soal kemapanan, lebih baik persoalkan bagaimana cara pandangnya dalam memecahkan berbagai persoalan. Lihat pula bagaimana pengalaman hidupnya. Kedewasaan dipengaruhi oleh pola asuh keluarga juga komunitas sekitarnya. Dalami apa sebenarnya niatnya menikah, adakah hanya penyaluran hawa nafsu dan cinta dunia yang buta? Yang pahamnya nikah dewasa akan kokoh memegang prinsipnya, tak akan mudah terlena oleh rayu, focus pada niat internal dirinya.  Yang paham nikah dewasa akan menikmati setiap proses dengan ketabahan yang luar biasa, tidak galau merana. Tak mungkin tak ada hikmah dalam setiap proses yang dialaminya, maka syukuri dan punguti hingga Allah pantaskan untuk menikah kelak.

Sumber : @fufuelmart
Banyak sekali orang yang bertanya, bisnis apa sih yang cocok bagi saya? Seringkali orang bingung, harus mulai dari mana dan bagaimana? Banyak sekali yang bertanya rekomendasi bisnis apa yang cocok untuk dijalankan. Sebelum lanjut ke pokok bahasan mengenai bisnis yang cucok, ada baiknya kita pelajari dulu, bisnis itu apa sih?

Bisnis secara kasat mata adalah system kerja yang menghasilkan uang. Tapi mengapa uang bisa hadir? Apa sebabnya?

Uang adalah alat tukar “nilai tambah”. Kita mau mengeluarkan uang jika kita menerima manfaat, maka kita akan dapat uang jika kita ‘memberi manfaat’ bukan? ^^

Di sekitar kita, ada banyak sekali bisnis yang tumbuh. Jualan makanan, jualan pulsa, jual jasa service motor, tambal ban, dan banyak lagi yang lainnya. Mengapa bisnis-bisnis tersebut tumbuh profitnya? Karena produk yang mereka tawarkan memang menjawab kebutuhan market, ada benefit nya! Maka bisnis itu sebenarnya urusan ‘menghadirkan benefit’. Bisnis adalah menghadirkan manfaat, lewat produk yang ditawarkan. Anda melihat teman-teman pengguna gadget kesulitan dalam melakukan –electric charge, maka Anda buat power bank, atau Anda jual. Itu suatu hal yang manfaat!

Anda terdorong untuk melayani sarapan teman-teman yang kuliah pagi hari, Anda kemas sandwich, dan Anda jual! Anda terdorong untuk membantu usaha kecil menengah dalam mengembangkan bisnisnya, Anda sediakan jasa layanan konsultasi bisnis. Maka sekali lagi, bisnis adalah bukan soal mendapatkan uang, mengumpulkan uang, tapi lebih dalam dari itu, bisnis adalah ‘Share your benefit’!

Maka, paduan antara benefit dan price yang tepat akan hasilkan value atau nilai tambah. Di sinilah kekuatan sebuah produk : value. Maka semakin cucok diri seorang dengan produk yang akan ditawarkan, makin cemerlang bisnisnya. Seseorang yang hasrat jiwanya di dunia fashion, pastilah lebih mudah dan bergairah dalam menghadirkan produk katefori fashion. Seseorang yang sudah lama bergelut di dunia edukasi manusia, training, motivate others, encourage people, tentu akan lebih fit untuk hadirkan jasa edukasi. Jadi, bisnis yang cucok untuk Anda adalah bisnis yang fit dengan jiwa Anda.

Maka pertanyaan : “bisnis mana yang pas dengan saya ya?” yang bisa menjawab ya diri Anda sendiri. Karena bisnis tersebut harus sesua dengan jiwa Anda. Jadi, berhenti nanya ke orang tentang bisnis apa yang layak Anda jalankan. Tanya ke diri Anda.

Bisnis bukan semata cari uang, bisnis yang benar adalah aktualisasi hadirkan manfaat atas karunia potensi yang Allah titipkan. Mungkin beberapa pertanyaan ini bisa membantu Anda sebelum memulai bisnis Anda. Simak beberapa pertanyaan berikut :

    Apa maksud Allah hadirkan saya ke muka bumi ini?
    Manfaat spesifik apa yang bisa saya berikan secara optimum ke sesama?
    Jika manfaat tersebut aku kemas dalam sebuah produk, apa rupa produkku : Barang atau Jasa
    Kepada siapa produk tersebut akan aku tawarkan, siapa yang membutuhkan produk itu?
    Bagaimana caraku menyampaikan produk itu kepada mereka?
    Mengapa mereka harus membeli produkku, tidak membeli produk lain yang sejenis?
    Setelah produkku dinikmati, dari mana uang masuk mengalir? (Lihat Google, pengguna gratis, uang ngalir dari iklan)

Dan masih ada banyak pertanyaan yang lainnya. Coba rangkum sendiri ya.. ^^

Begitu pasar melihat produk Anda bernilai, maka mereka akan membeli. Dan uang pun akan mengalir.

Selamat menemukan bisnis yang cucok dengan Anda. Ingin ikutan training dengan @kang rendy? Silahkan simak timeline beliau. Insya Allah ilmunya tentang bisnis mantap bannar… ^_^