Pria Sejati

Pria sejati. Ia boleh saja tak pandai bermain diksi, karena ia berbicara dari hati. Bukan rayuan gombal yang ia umbar, karena gombal yang halal hanya akan dia keluarkan setelah akad yang mengakar. Juga bukan mengumbar janji-janji untuk menikahimu yang tak jelas waktunya, karena yang berani adalah yang beraksi melamar dan menikahimu segera. Karena ia bukanlah pria yang pandai merangkai kata, melainkan menunjukkan keseriusan dengan tindakan yang nyata.

Tanggung jawab sebenarnya adalah bukan memacarinya, tapi dengan meminta izin kepada ayah sang wanita untuk dinikahi. Karena ia tahu wanita begitu lemah dengan kata-kata cinta, maka ia simpan itu rapat-rapat hingga waktunya ia siap menjemputnya. Ia juga tidak akan menyuruhmu menanti, dalam waktu tahunan, karena yang serius adalah dia yang memperjuangkan. Tidak terbelenggu pada hawa nafsu, diam dalam penantian yang lugu, diiringi penambahan ilmu.

Cinta dia yang sebenarnya adalah ketika ia lebih meyakini Tuhannya, bukan menuhakanmu dengan alasan cinta menantikannya di batas waktu. Ia adalah seorang yang sadar benar bahwa memuliakan wanita adalah kewajibannya, terhadap ibu, saudara perempuannya, istri dan anak perempuannya kelak.

Beraninya hanya memacari? Itu tandanya hawa nafsunya saja tak mampu ia kendalikan, pantaskah disebut pria sejati? Tidak juga berani menikahi karena alasan keuangan? Sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan janji tuhan. Bukankah makhluk sekecil apapun tak pernah Allah telantarkan? Lalu takut menikah karena harta belum berlimpah? Pria sejati itu justru kaya setelah menikah. Pria sejati itu sadar, bahwa setelah baligh hidupnya adalah tanggung jawab pribadi, bukan lagi tugas orang tua untuk menafkahi. Penyaluran syahwat ia alihkan pada shaum dan kesabaran, sambil terus berproses perbaikan diri berkelanjutan.

Wahai kaum wanita, cinta sejati itu hanya dirasakan setelah menikah, maka pria sejati adalah dia yang berani untuk menikah. Ia sadar, bertahun-tahun memacarimu tidak akan menjamin besarnya cintanya, yang ada hanyalah penumpukan dosa, maka pria sejati memilih untuk menghindarinya. Wahai wanita, kalau kau sudah terlanjur cinta, percaya dan meyakininya sebagai jodohmu, maka buat ia memutuskan untuk dengan menikahimu segera. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, karena hidayah itu datang dengan cara yang berbeda-beda, namun pria sejati akan lapang dada menerimanya.

Bagaimana kualitasnya sebagai pria, dapat terlihat dari bagaimana ia memuliakan wanita di sekitarnya, terutama ibu dan saudara perempuannya. Kecenderungan hatinya padamu sebelum menikah sebagai bekal keyakinan, namun secara total akan ia tunjukkan cintanya setelah pernikahan. Ia akan menempatkanmu sebagai wanita kedua teristimewa setelah ibunya, yang akan ia cintai sepenuh raga dan jiwa. Imam baginya akan memimpin, melindungi, menjaga, dan mencintaimu sebagai makmumnya. Bukan mendominasikanmu dengan titah layaknya raja.

Selain itu, ia tak akan menjadikan istri dan anaknya sebagai beban, melainkan ia anggap anugerah terindah dari Tuhan. Ia menjadikan istri sebagai pelengkap sayapnya untuk terbang, bukan ditaruh di depan atau belakang.

Sumber : @fufuelmart

0 comments:

Post a Comment