source : weheartit
Mencintailah dengan tulus, karena hati seorang istri dapat merasakan kedalaman cintamu padanya. Sadarilah jika cintamu berkurang padanya, pintalah kepada Allah, agar Dia mengaruniakan rasa cinta ke dalam hatimu. Istri kita adalah sosok bidadari yang mempercayakankepemimpinan hidupnya kepada diri kita, janganlah kau siakan.

Seorang istri, adalah wanita yang mempercayakan nasib dunia akhiratnya kepada diri kita, janganlah kau remehkan. Ternyata, adzab yang paling cepat didatangkan adalah adzab dosa atas kedzaliman pada istri. Jika satu hati pun belum sanggup engkau isi, maka berfikirlah ratusan kali jika engkau ingin mengisi hati yang lain.

Cinta karunia Allah, cinta dalam genggaman Allah, manusia tak kuasa hadirkan cinta. Semoga Allah hadirkan. Jika satu hati yang kau imami masih sering terluka, memohonlah petunjuk jika engkau juga ingin mengimami hati yang lain.

Istri menemanimu, menguatkanmu, membersamaimu, mempercayaimu. Lalu dirimu? Semoga Allah menjadikan suami-suami yang benar. Yang menggenggam tangan istri dan anak-anak kita, memasuki gerbang Jannah Firdaus. Aamiin…

Via @kangrendy

Siapa yang salah? Akhwat yang tebar pesona atau ikhwan yang Pemberi Harapan Palsu? Masih inget kalau PHP itu “Ga Akan Ada” kalau kitanya nggak ngarep, cuek dan gak suka? Kenapa islam sangat mengatur hubungan antara lawan jenis? Salah satunya supaya kita bisa menjaga diri, tidak mudah dimodusin.

Wanita itu gampang disentuh hatinya, lengah sedikit laskar PHP bisa menyerang dengan modus dan berbagai macam kode. Hati-hati kalau sudah bertemu dengan lelaki ramah, banyak janjinya, ngubungin kita kalau ada maunya aja, bisa jadi itu modus. Jika tidak ada batasan dengan lawan jenis, jauh dari kepribadian islami, sudah pasti yang mendekat lelaki modus yang penuh dengan kode. Awalnya sms nanyain hal-hal yang kelihatannya penting, lama-lama ngobrolin hal-hal yang tidak penting.

Ini contoh modus nih :
  • “Ukhti, aku mencintaimu karena Allah.” Ceritanya mau ngajakin ta’aruf, tapi ga ngelamar juga.
  • “Boleh minta nomor handphone nya? Biar bisa kirimis sms tausiyah atau bangunin saat malem.”
  • “Muslimah berhijab itu anggun yaa.. kaya kamu.”
  • “Papa nya ada? Ternyata Cuma nanyain doing bukan mau ngelamar. Yaahh.. lagi lagi modus.
  • “Bulannya terang dan cantik yah. Terang dan cantiknya dari kamu.” Kalau ini uda modus gombal lagi.

Muslimah, seperti apa kita, seperti itulah lelaki yang nantinya akan datang pada kita. Jika kita pandai menjaga diri, dengan sendirinya kita menolak lelaki modus  bahkan sebelum ia datang kepada kita. Lelaki modus tidak akan berani dekat-dekat. Hijab menjadi pagar, ketaatannya adalah duri, sekali mendekat akan ‘ketusuk’. Hati harus kuat, tak mudah dirayu. Perkataan harus tegas, membuat yang menggoda jadi malu.

Coba renungkan, kira-kira kalau kita seperti yang sekarang ini, seperti apakah jodoh kita? Benarkah yang pribadinya seperti Rasulullah? Maunya dapatkan pria shalih, tapi tak pernah mau perbaiki diri. Jelas yang mendekati lelaki yang ngajak pacaran, yang modus. Jika diri masih harus dibenahi, kepribadian masih jauh dari tuntunan islami, bagaimana yang hadir semulia Ali? Kita bisa memilih calon pasangan impian kita, setelah kita memantaskan dan meningkatkan kualitas diri.

Cinta bisa datang kapan saja, tapi rasanya bisa kita kendalikan. Netralkan saja, hilangkan harapan jika belum waktunya. Cinta yang bertanggungjawab membutuhkan persiapan dan kesiapan. Keseriusan bukan tentang ‘kapan’ tapi ‘apa sudah SIAP?’. Seharusnya cinta berpadu dalam dakwah, karena Allah, untuk Allah, dan demi Allah. Lelaki yang tidak serius mempunyai 1001 alasan untuk mendapatkan wanita. Tapi dia juga punya satu juta alasan lain untuk kemudian pergi meninggalkannya. Semoga tak ada lagi lelaki modus, lelaki PHP, dan hati muslimah yang mudah goyah.

Sumber : @HijabAlila
source : tumblr.com
Perjuangan itu bukan hanya harus segera dimulai, tapi dilanjutkan terus. Jangan berhenti kecuali kita sudah menggapai bintang. Pilih impian yang mendekatkan kita ke surga. Insya Allah Dia akan mampukan. Impian muslimah adalah diberikanNya kekasih hidup penyejuk hati, senantiasa mengingatkan kebaikan dan membimbingnya meraih surga. Impian muslimah menjadi malaikat di rumah, sebagai penentram hati, persiapkan dirinya menjadi bidadari surga. Impian muslimah, melahirkan penerus yang mengejar cintaNya Allah, menjadi pejuang agama Allah, yang shalih dan shalihah.

Impian muslimah menjadi penyemangat suami, mendukung tiada mengeluh, dan mendoakan tiada henti. Impian muslimah bukan lagi kendaraan mewah, ia tahu betul pahala-pahalanya lah yang akan menjadi kendaraannya menuju surga. Impian muslimah, bukan mengumpulkan harta dunia, ia tahu betul menjadi shalihah adalah harta termahal dunia akhirat. Impian muslimah ada dalam doanya yang panjang, bukan hanya untuk kebahagiaan dirinya, tapi untuk orang-orang yang ia sayang dan semua umat islam.

Impian muslimah menjadi wanita yang istimewa, kelembutannya mampu menaklukan kekerasan, ketulusannya memberikan kenyamanan. Impian muslimah menjadi bintang yang cahayanya paling terang, menjadi yang paling bermanfaat di antara seesamanya. Impian muslimah bukan lagi keliling dunia, tetapi mengelilingi surga bersama orang-orang yang dicintainya. Impian muslimah bukan lagi bertemu idolanya, tapi bertemu dan bercengkrama dengan para penghuni surganya Allah. Impian muslimah tinggal di rumah beralaskan agama, yang diselimuti cinta kasih keluarga, beratapkan lindungan Allah. Impian muslimah juga bukan lagi meraih puncak kesuksesan karirnya, tapi berdiri tegar di puncak cintanya Allah.

Impian muslimah itu tinggi, bukan hanya tentang dunia, tapi tentang akhirat, kehidupan yang sebenarnya.

Sumber : @HijabAlila
source : google.com
Sebelum membahas tentang Financial literacy ini, akan lebih baik jika kita bahas terlebih dahulu apa itu bisnis. Bisnis adalah aktifitas pemberian nilai tambah. Nilai tambah tersebut kemudian dibeli orang. Jadilah uang, ada profit di sana. Kita beli kain Rp 10,000, kita jahit, jadi baju. Seluruh bahan baku baju + pengerjaannya memakan Rp 15,000, kita jual Rp 20,000. Orang beli.. Dari selembar kain, kancing, benang. Diproses sehingga menjadi baju. Ini namanya pemberian nilai tambah. Kain diolah jadi baju. Karena ada proses pengolahan, kain berubah jadi baju. Si kain naik derajat jadi baju. Ini namanya nilai tambah. Anda pun akhirnya membeli. Maka ujung dari makna bisnis adalah “hadirnya uang”. Konsekuensi dari hadirnya sebuah nilai, adalah hadirnya sebuah uang.

Maka sekali lagi, ketika kita bicara tentang bisnis, kita bicara result, kita berbicara number, kita bicara sesuatu yang bisa diukur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa diatur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa dikendalikan. Ini hukumnya. Maka ukuran-ukuran bisnis sangatlah jelas. Bisnis dapat diukur dengan melihat realita keuangan si bisnis : neraca, lap laba-rugi, arus kas, dll.

Bisnis memiliki bahasanya sendiri, sama seperti olahraga. Kalau Anda bertanding, Anda harus bisa baca score board. Bisnis juga memiliki score board. Berapa asset? Berapa cash yang ada sekarang? Berapa kewajiban? Berapa equity owner? Yang benar-benar milik sendiri, dll. Sayangnya, khususnya entrepreneur di Indonesia, mayoritas tidak fluent berbahasa financial. Sebagian gagap membaca balance sheet.

Saat ini, entrepreneur di Indonesia bahkan di dunia, tahunya uang masuk uang keluar saja, sisa berapa, itu saja. Akhirnya ukuran-ukuran realnnya jadi tidak tersadari. Bahkan ada inventory yang menumpuk, piutang yang tak tertagih, cash yang lenyap. Tak bisa dibaca.

Nah, untuk itu, penting bagi kita untuk literate secara financial. Pelajari lebih lanjut yuukk.. Agar kita semakin cerdas mengelola bisnis yang kita miliki.

Ada 3 hal yang menjadi sebab utama mengapa kita wajib literate secara financial.

Urgensi yang Pertama : Anda mengetahui kondisi nyata bisnis Anda saat ini. Snapshoot your business. Dengan memahami financial literacy ini, Anda jadi tahu. Ukuran-ukuran bisnis Anda saat ini. Laporan keuangan menuntun Anda untuk mengetahui, sehat atau tidaknya bisnis Anda. Dan pengetahuan dari awal ini adalah pijakan untuk langkah lanjutan.

Nah sekarang, banyak pebisnis yang tidak bisa membaca “ukuran-ukuran” ini, tahunya penjualan saja. Akhirnya tidak menyadari jika bisnisnya rugi. Ada juga yang tidak sadar. Dia kira hutang itu asset. Akhirnya hutang ditambah. Padahal hutangnya tergerus biaya. Tidak pernah “earning”. Ini benar-benar mengkhawatirkan jika kita tidak literate secara financial. Bisa-bisa kita tidak menyadari bahwa kita sedang “membangun kemiskinan”. Baiklah, itu urgensi yang pertama ya, “Tahu kondisi awal”.

Urgensi Kedua : Anda harus menguasai Financial Literacy, agar Anda dapat mengetahui dampak atas aktifitas bisnis Anda. Sahabat pebisnis, setiap kita lakukan aktifitas bisnis, apapun itu pastilah menggerakkan neraca bisnis kita. Satu transaksi akan berdampak pada neraca. Begitu hukumnya. Jika tidak mempengaruhi neraca, berarti bukan aktifitas bisnis. Misalnya seperti beberapa aktifitas bisnis berikut ini :
  • Anda membeli barang, cash berkurang, inventory bertambah.
  • Anda jual barang, cash bertambah inventory berkurang, earning bertambah.
  • Anda membeli alat : equipment bertambah, jangan lupa ya Ia terdepresiasi. Dan sadarilah, ada uang cash yang berubah static. Ukur baik-baik.
  • Anda membayar promosi : earning berkurang, karena ada biaya bertambah. Gross profit tergerus. Net ncome menipis, dan cash berkurang.
Maka ketika Anda mampu melihat dampak dari aktifitas bisnis Anda, Anda akan “WARAS” dalam berbisnis. “Ooh, kalau aku ngiklan, uangku berkurang nih, gross profitku kehajar, net income ku jadi kecil. Berarti iklan ini harus berdampak untuk bisnisku nih!” Nah semacam itu. Anda akan berpikir, iklan harus punya dampak ke sales. Ini akibat dari Anda kuasai Financial Literacy.

Urgensi Ketiga, dengan menguasai Financial Literacy, Anda bisa melihat dengan jelas, dimana letak kesalahan Anda. Misal seperti beberapa kasus berikut ini,
  • Penjualannya sudah tinggi, tapi cash kok tidak ada. Ternyata ada piutang yang Anda lupa tagih. Anda tidak mencatat hutang customer dengan baik.
  • Bisnis Anda banyak, tetapi setiap bulan Anda selalu saja harus ‘nombokin’  bisnis Anda.
Jika Anda tidak menguasai Financial Literacy ini, Anda tidak akan bisa track. Jika Anda menguasai Financial Literacy ini nanti akan terlihat perbedaannya. “Ini operating cashflow nya kok negative terus ya? Ada apa? Biaya-biaya kah? Piutang tidak tertagihkah? Atau yang lainnya?”

Dengan penguasaan pada laporan financial, Anda akan lebih mahir dalam berbisnis. Dan Anda pun akan mudah melihat ketertumbuhan bisnis Anda.

Sumber : @kangrendy
Banyak pasangan yang mau menikah, berani membahas ini itu, namun ternyata paling segan untuk membahas ini itu namun ternyata paling segan untuk membicarakan persiapan keuangan. Padahal penting dan harus sekali membicarakan tentang penghasilan, rencana cashflow serta pengelolaan keuangan keluarga sebelum menikah. Tak usah terlalu kaku bila berkaitan dengan kata ‘uang’. Bicarakanlah dengan perspektif dan santai.

Uang itu hanya alat. Jadi tidak bisa mendefinisikan siapa kita. Maka, beranikanlah membicarakan tentang keuangan sebelum menikah. Persiapkan baik-baik, bicarakan baik-baik dan buat komitmen sebelumnya. Sebelum menikah, samakan visi juga dengan pasangan tentang keuangan, visi yang berorientasikan Allah. Visi yang mencukupkan diri untuk ikhtiar, untuk gemar mengusahakan harta-harta yang halal di jalan yang Allah ridhai.

Harus sama-sama mengetahui bagaimana posisi masing-masing pihak, bagaimana pembagian peran dalam pengelolaan keuangan. Bila sebelum menikah saja terkesan malu untuk membicarakan tentang hal keuangan; hati-hati justru itu bisa menjadi masalah utama setelah menikah nanti.  Belajar dari sekarang, karena ilmu tentang financial itu tidak diajarkan di SD, SMP, SMA, bahkan saat kuliah. Maka kita yang harus berikhtiar untuk menggali ilmunya. Belajar merencanakan, mengatur, serta belajar mengelolanya sebelum menikah, akan sangat membantu pengelolaan keuangan keluarga yang baik setelah menikah.

Setelah menikah terutama, harus saling mengingatkan  antar pasangan; cek dan ricek cashflow keuangan bersama-sama. Sudah ‘halal’ kah sumber penghasilan yang masuk? Digunakan untuk yang ‘halal’kah keuangan yang keluar? Itu harus! Bila halal haram saja tidak dipedulikan, bagaimana berkah Allah akan meliputi kehidupan pernikahan? Pastikan konsep harta yang halal telah menjadi visi sejak awal; jika lupa pada Allah sejak awal, bagaimana ke depannya akan tahan menghadapi ujian?

Saat ada harta yang haram masuk ke rumah tangga, saat itu pula kita telah menghalangi berkah Allah memasuki rumah tangga kita. Harta itu adalah anugerah yang harus disyukuri; amanah yang harus dipertanggungjawabkan; ujian yang harus diantisipasi. Harta juga adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai; bekal dan sarana ibadah untuk mencapai kebahagiaan, maka pastikan cashflow nya halal ya??

Ada 3 mitos yang salah tentang keuangan dalam pernikahan dan keluarga, dimana mitos ini justru banyak yang menjerumuskan.
  • Mitos pertama, “Uang tak perlu dibicarakan”, kalau menganut mitos ini siap-siaplah untuk menerima turbulensi hebat dalam pernikahan hanya karena keuangan.
  • Mitos Kedua, “Paham mengatur keuangan itu otomatis”, nah yang menganut mitos ini salah lagi. Semua itu ada ilmunya, ada prosesnya, dan tidak pernah ada yang instan. Untuk itu, belajarlah dari sekarang.
  • Mitos ketiga,”Merencanakan keuangan bisa ditunda”, mau sampai kapan ditundanya? Makin ditunda akan semakin banyak alasan untuk menundanya. Ayo mulai dari sekarang..
Menurut Teh Febi, salah seorang pakar keuangan dalam pernikahan, salah satu Financially Ready ‘Dasar’ bagi yang akan menikah itu ada tiga, di antaranya sebagai berikut :

Pertama, harus siap bicara tentang Uang dengan Sehat. Jadi, mulai gali ilmu tentang keuangan keluarga, agar pandai untuk mengomunikasikannya bersama pasangan.

Kedua, siap keuangan untuk menikah. Dalam arti harus punya perencanaan dari mana pemasukan keuangan setelah menikah, dll; agar ikhtiarnya spesifik.

Ketiga, siap merencanakan keuangan. Harus paham ilmunya, bagaimana mengelola keuangan dengan baik, dll.

Biasanya ada tiga titik kritis keuangan Pra Nikah,
  1. Biaya perikahan
  2. Biaya tahun pertama pernikahan
  3. Biaya persiapan buah hati

Nah, yang bisa menyebabkan banyak pasangan mengalami titik kritis keuangan, yaitu antara tidak siap, tidak disiapkan, atau tidak menyadari. Ada tiga kemampuan praktis yang harus dimiliki “Calon Pasangan” kita sebelum menikah, coba cek karakternya ya..

Satu, memiliki Indikator Kecerdasan Financial (IKF) dalam mengatur keuangan; yaitu penghasilan dibagi pengeluaran harus lebih dari ‘satu’. Jadi, jumlah penghasilan alias pemasukan keuangan nilainya harus lebih besar dibanding pengeluarannya.

Dua, hidup dibawah kemampuan financial kita alias kebersahajaan, bertahan dalam kesederhanaan. Maksudnya, bila sedang dalam posisi ‘berlebih’ pemasukannya harus bisa tetap bertahan ‘sederhana’, tidak menjadi boros atau menggunakan uang untuk yang tidak perlu. Kalau ‘sederhana’ sedang dalam masa sulit itu memang harus alias terpaksa, namun bertahan sederhana disaat posisi ‘berlebih’ itu yang menawan.

Tiga, mengubah posisi ‘tabungan’ bukan menjadi sisa, namun diposisikan sebelum adanya pengeluaran. Bila biasanya pendapatan dikurangi pengeluaran sama dengan tabungan, ubah menjadi pendapatan dikurangi tabungan menjadi pengeluaran. Jadi biasakan saat mendapat ‘pemasukan’ alokasikan dulu untuk sedekah, investasi leher ke atas, simpanan, dll, barulah sisanya untuk kebutuhan pengeluaran. Prinsip yang harus juga diterapkan adalah tentang pembagian peran keuangan dalam keluarga, harus komitmen dari sekarang sebelum menikah. Bahwa bagaimana pun, yang berkewajiban ‘menafkahi’  keluarga adalah seorang suami. Adapun bila isteri memiliki penghasilan, itu sepenuhnya hak istri.

Namun, seorang istri juga berkewajiban untuk melaporkan pengelolaan keuangan keluarga tersebut, agar prinsip bagi perannya harmonis. Bila seorang istri bekerja dan mempunyai penghasilan, suami harus memastikan bahwa memang pekerjaan istri juga halal, agar berkah. Bila ternyata penghasilan istri jauh lebih besar dari suami, komitmen kan bahwa biaya untuk menafkahi kehidupan rumah tangga tetaplah dari penghasilan suami. Gunakan kelebihan penghasilan yang dimiliki istri untuk keperluan lain yang bermanfaat, missal amal sedekah, simpanan, investasi anak, dll. Meski penghasilan istri lebih besar, tidak boleh menjadikan seorang istri ‘jumawa’, pemimpin di keluarga tetaplah suaminya, harus dihormati dan dihargai. Justru tugas seorang istri adalah memacu semangat suami agar ikhtiar mencari penghasilan yang ‘lebih’ melalui supportnya, cintanya, terutama doa-doanya. Janganlah masalah penghasilan menjadikan pertengkaran, membuat seorang istri merendahkan suaminya, atau sebaliknya. Keselarasan keduanya untuk saling mendoakan, saling menghargai peran dan posisi masing-masing, saling support, itu yang akan menambah kesejahteraan dan keberkahan.

Kekokohan pernikahan tidak ditentukan dari siapa pihak yang paling kuat, namun kedua pihak yang saling menguatkan dalam menghadapi segala ujian. Jadi saat akan menikah, yang dipikirkan jangan hanya bahagianya saja, tapi yang disiapkan adalah proses belajarnya, termasuk tangis dan air mata. Belum dari aspek-aspek lainnya; masalah keuangan seringkali menjadi masalah utama pemicu timbulnya konflik pasca nikah. Hati-hati dan persiapkan dari sekarang ilmunya ya… :’)

Sumber : @fufuelmart
Jika ditanya manakah yang lebih penting antara karir atau keluarga, pasti jawabannya keluarga. Namun pada kenyataannya sekarang ini lebih banyak yang mementingkan karir. Bahkan wanita zaman sekarang juga lebih banyak yang menjadi wanita karir daripada ibu rumah tangga. Mereka lebih suka membayar baby sitter untuk mengasuh anak mereka. Padahal mengasuh anak adalah kewajiban orang tua. Jika keduanya sama-sama bekerja, siapa lagi yang akan menjalankan kewajiban itu?

Istri yang baik adalah ia yang mampu menyediakan bahu untuk suaminya bersandar lelah, telinga untuk mendengarkan, dan juga genggaman tangan untuk menguatkan. Selalu ada wanita hebat dibalik suami yang hebat. Dan perjuangan menjadi wanita seperti itu rasanya  jauh melebihi peran wanita karir. Terkadang ada yang berkata seperti ini, “Sayang banget yaa, udah kuliah sampai S2 ujung-ujungnya juga Cuma jadi ibu rumah tangga, buat apa kuliah kalau bukan untuk kerja?” Hei, kuliah untuk mencari ilmu, bukan untuk cari kerja. Itu yang perlu dipahami.

Rasanya tak ada yang lebih membahagiakan selain menjadi ibu rumah tangga. Menjadi seorang house wife adalah sebuah pekerjaan yang paling sempurna untuk wanita. Menjadi house wife tak akan membatasimu untuk menjadi wonderful woman, justru wanita yang luar biasa adalah ia yang sukses menjadi wanita keluarga.

Wonderful woman adalah ia yang bisa menjadi wanita  teristimewa untuk suami dan anak-anaknya, bukan ia yang keren di mata dunia. Karena wanita yang baik di mata dunia, belum tentu baik di mata keluarganya, namun wanita yang baik di mata keluarganya, Insya Allah baik di mata Tuhannya.

Sumber : @fufuelmart
Di dunia ini, lelaki memang banyak. Namun tidak lantas kita sebagai wanita bebas untuk memilih pendamping hidup. Sekarang ini, sangat sulit untuk menemukan sosok lelaki shalih yang dapat membuat kita semakin mencintai Allah. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati? Simak ciri-ciri bukan pria idaman beritkut ini ya,

1. Pria dengan Akidah yang Amburadul

Pria model seperti ini memiliki prinsip, jika cinta ditolak maka dukun bertindak. Jika ingin sukses dan lancar dalam bisnis, maka harus menggunakan jimat-jimat. Ingin membuka usaha pun ia memakai pelarisan. Jika berencana ingin menikah, ia menghitung hari baik dulu. Dan yang menjadi kegemarannya agar hidup lancar adalah dengan mempercayai ramalan bintang agar ia lebih percaya diri.

2. Menyia-nyiakan Shalat

Tidak shalat jamaah di masjid juga menjadi ciri bukan pria idaman. Padahal shalat jamaah bagi pria di masjid adalah suatu kewajiban. Imam Syafi’i sendiri mengatakan, “Adapun shalat jama’ah, aku tidaklahh member keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali ada udzur.” (Ash Sholah Wa Hukmu, hal. 107). Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama’ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas bagaimana dengan pria yang tidak pernah melakukan shalat?

Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat (sepakat) bahwa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja adalah dosa besar, dan dosanya lebih besar daripada membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan meminum khamr.  Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapat kehinaan di dunia dan akhirat.”

3. Tidak Menundukkan Pandangan

Sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Allah berfirman, “Katakanlah kepada lelaki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suic bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS. An Nur : 30)

Dalam surat tersebut Allah memerintahkan kepara para lelaki yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, yaitu wanita yang bukan mahram.

4. Suka Berkhalwat

Inilah sikap pria yang tidak baik, sering mengajak pasangannya yang belum halal untuk berduaan. Berduaan di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam suatu tempat, nemun lewat pesan singkat (sms), atau jejaring social lainnya. Seperti ini pun termasuk semi khalwat yang terlarang.

5. Tangan yang Suka Usil

Pria yang termasuk dalam kategori bukan pria idaman memiliki kebiasaan yang buruk satu ini, tangannya yang suka usil menyelami wanita yang tidak halal baginya.

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga adalah dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara . Zina tangan adalah menyentuh/meraba. Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan / mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim No. 6925)

6.       Tanpa Arah yang Jelas

Rasulullah SAW bersabda,”Seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang telah menjadi tanggungannya.” (HR. Muslim No. 996)

Berarti criteria pria idaman adalah ia yang bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. Sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah. Selain itu, ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia harus kita urus, apalagi untuk urusan akhirat. Sehingga sejak dini pun seorang pria sudah mulai membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya.

Demikian ciri-ciri bukan pria idaman. Semoga rangkuman tersebut dapat menjadi petunjuk bagi wanita shalihah untuk memilih pria idamannya.

Sumber : @rumaishacom