Jalan Mitos Jadi Pengusaha

Gelombang entrepreneurship sedang membara di Indonesia. Gelombang positif ini diikuti dengan maraknya seminar-seminar entrepreneur. Atau minimal bersemangatkan untuk itu. Beberapa pengusaha starter yang baru memulai bisnisnya, berani terjun member semangat dengan pengalamannya. Perlu diapresiasi. Mengajak, mengedukasi teman-temannya untuk berbisnis itu baik. Namun muncul masalah kemudian : ‘kontennya tidak tepat’. Muncullah macam-macam mitos di kancah entrepreneur ini. Apa saja sih mitos jadi pengusaha itu? Simak aja lanjutannya.. ^^

Mitos I : Mengajarkan bahwa menjadi pengusaha itu mulia, dan menjadi karyawan itu hina. Di beberapa seminar, untuk mengajak peserta berbisnis, sang pembicara tak jarang merendahkan harkat karyawan. Benar-benar sesat! Pola tanam mindset ini, membuat seseorang yang memilih jalan bisnis, menganggap tinggi dirinya, dan anggap rendah karyawannya. Walau ia tak bermaksud demikian, namun alam bawah sadarnya bekerja, karena saat memilih bisnis, ia merendahkan pilihan lain.

Efek dari paham sesat ini adalah cueknya owner pada team. Rasanya uang yang didapat itu adalah hak dia, padahal team yang gempor tidak karuan. Bahkan slogannya berani optimis tenaga orang lain, berani untung pakai tenaga orang lain, semangatnya memanfaatkan. Maka muncul kesenjangan emosi antara owner dan karyawan. Si bos hatinya gak menjejak, melihat karyawannya seperti budak. Ini yang berbahaya.

Mitos II : Memulai bisnis harus dengan uang orang, utangan, dana pihak ketiga, jangan pakai uang sendiri. Bisnis itu tentang ‘selling something’, selling produk. Produk perlu dihadirkan dengan bahan baku, mesin, dan fasilitas, bukan uang. Akibat mitos-mitos ini,  tak sedikit pengusaha-pengusaha muda yang belum apa-apa focus mencari utangan dulu. Tidak mau sabar dan tidak mencoba untuk test market dulu. Jika baru memulai, coba buat prototype produk dulu, atau jasanya dicobakan dulu di skala kecil. Jangan langsung tancap gas aja… ^^

Bisnis itu ada tiga tahap : Starting-Running-Growing. Di tahap starting, Anda harus validasi dulu, itu produk jalan gak? Benar gak?

Orang berbisnis itu harus sabar. Kita bisnis pakai uang kita sendiri, besaran bisnis kita memang yang sudah kita kumpulkan. Kokoh, walau lambat. Kalau memang baru mempunyai 1 outlet, ya istiqomah dulu 1 outlet, biar dikata lambat, tidak apa-apa. Daripada banyak outlet tapi gak ada marketnya? Kan ribet.. heheh.. Kalau memang saatnya harus nambah outlet, nanti konsumen jadi banyak, laris. Uang nambah buka deh outlet lagi.

Fakta di lapangan seperti ini : misalnya dana kartu kredit, nawarinnya lemah gemulai, senyum menawan. Giliran nagihnya itu lho, berbanding terbalik dengan tawarannya. Ada lagi nih, terima dana dari investor. Ini bisnis loh, ada untung ada rugi, siap gak mitra pendana Anda rugi? Kalau bagi hasil positif mah pendananya tadi merekah banget senyumnya, giliran negative? Ketahuan deh mana yang hitam dan mana yang putih.. Ada juga yang pakai dana pihak ketiga, mengikat cicilan dalam periode tertentu, 3 tahun, 5 tahun, bisnis Anda fit gak tuh sampai di angka 5 tahun?

Maka dari itu, jangan focus sama modal dulu. Cari dulu, sebenarnya kita minatnya di apa sih? Selain itu juga jangan focus ngutang. Fokusnya di semangat member manfaat lewat produk. Kalau produknya bagus, uang akan mengalir.

Mau bisnisnya lebih oke? Ikutan training sama @kangrendy aja. Silahkan cek timeline nya yah… Salam sukses selalu… ^_^

0 comments:

Post a Comment