Nikah Dewasa

Menikah itu bukan masalah nikah muda atau nikah tua, melainkan bagaimana nikah dewasa. Kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya. Tidak boleh disamaratakan kesegeraannya, karena kebutuhan setiap orang berbeda. Jangan mencibir mereka yang ingin segera nikah muda, kalau itu memang sudah kebutuhannya. Sebaiknya doakanlah untuk kebaikanmu juga. Jangan pula memanas-manasi mereka yang memang belum merasa butuh menikah, toh jika sudah waktunya dia butuh pasti akan memperjuangkannya. Yang salah itu yang plin plan, tidak tahu kebutuhan dirinya sendiri. Tidak tahu hukum menikah baginya apa?

Bila memang sudah butuh nikah kenapa harus malu untuk memperjuangkannya? Cari ilmu nikah dan jodohnya. Bila memang belum butuh ya santai aja kalau ada yang memanas-manasi, asal memang sedang dalam persiapan diri. Yang salah itu merasa belum siap dan butuh nikah namun berleha-leha dalam persiapannya, malas untuk menggali ilmu nikah. Yang salah itu belum siap nikah sebenarnya namun tergesa-gesa ingin menikah karena faktor orang lain. Yang salah itu belum siap nikah namun menuruti hawa nafsu untuk menjalin hubungan dengan cara yang Allah tak suka.

Nikah muda untuk menggenapkan separuh agama, menyegerakan kebaikan untuk menghindari kemaksiatan itu sungguh mulia. Menikah nanti dengan alasan perbaikan diri dan melakukan sebaik persiapan, menghindari ketergesaan juga sangat mulia. Yang benar itu sabar dalam penantian dengan sebaik-baik persiapan. Tidak tergesa-gesa namun juga tidak berleha-leha. Semua ada ilmunya, gali sebanyak-banyaknya. Semua ada waktunya, nantikan dan ikhtiarkan sebaik-baiknya.

Yang benar itu mematangkan siap nikah dengan banyak baca buku, cari ilmu di seminar dan training, karena nikah dewasa tak ada sekolahnya. Pilihlah pasangan bukan hanya sekedar paras tampan atau cantik, yang akan menjanjikan banyak harta, atau juga hanya karena sudah terlanjur cinta. Namun pilihlah pasangan yang menghiasi persiapannya dengan ilmu, seberapa paham ia akan makna pernikahan dan keluarga.

Memilih istri/suami itu harus benar-benar jeli karena pasangan sehidup semati berbeda dalam memilih criteria pacar yang bisa putus nyambung. Pria yang dewasa dan bertanggung jawab hanya akan berani mencintaimu melalui pernikahan. Wanita yang dewasa anggun dalam penantian, tak mudah terjerumus pada rayuan, hiasi waktu untuk siap jadi istri dan ibu idaman. Menikah juga bukan masalah menunggu mapan atau belum. Terlalu picik jika kesiapan nikah hanya ditinjau dari segi harta kekayaan. Tidak penting seberapa banyak harta yang dimiliki, yang lebih penting keyakinan pada Allah dan ikhtiyarnya dalam menjemput rezeki.

Daripada soal kemapanan, lebih baik persoalkan bagaimana cara pandangnya dalam memecahkan berbagai persoalan. Lihat pula bagaimana pengalaman hidupnya. Kedewasaan dipengaruhi oleh pola asuh keluarga juga komunitas sekitarnya. Dalami apa sebenarnya niatnya menikah, adakah hanya penyaluran hawa nafsu dan cinta dunia yang buta? Yang pahamnya nikah dewasa akan kokoh memegang prinsipnya, tak akan mudah terlena oleh rayu, focus pada niat internal dirinya.  Yang paham nikah dewasa akan menikmati setiap proses dengan ketabahan yang luar biasa, tidak galau merana. Tak mungkin tak ada hikmah dalam setiap proses yang dialaminya, maka syukuri dan punguti hingga Allah pantaskan untuk menikah kelak.

Sumber : @fufuelmart

0 comments:

Post a Comment